IMQ, Jakarta — Bagi kaum urban, smartphone BlackBerry sudah menjadi semacam identitas. Mereka sepertinya akan kehilangan identitas sebagai kelompok komunitas gaul bila tidak menggenggam atau ber-BBM-an hampir di segala kesempatan.
Ya, memang BlackBerry Messenger (BBM) inilah yang menjadi daya magis bagi para pengguna ponsel cerdas buatan Research In Motion Ltd. (RIM) ini, karena melalui fasilitas ini para pengguna tidak perlu takut lagi tergerus pulsanya untuk saling berkirim pesan di antara sesama pengguna BB, sebutan akrab bagi BlackBerry.
Namun, sihir dari BBM ini sepertinya bakal luntur dalam meyakinkan konsumen yang selalu haus tentang hal-hal yang baru, terutama terhadap hiburan yang dapat mengatasi rasa suntuk dan lelah di tengah rutinitas kerja.
Hal ini harus segera diantisipasi oleh RIM untuk menjaga agar penggunanya tidak lari ke merek lain yang lebih kaya fitur. Intinya, ponsel cerdas itu tak bisa dikatakan pintar bila melulu menyuguhkan menu yang tak bisa melepaskan dahaga konsumen akan hiburan.
Nah, itulah yang terjadi pada pasar saat ini. RIM yang begitu perkasa dalam beberapa tahun belakangan ini, termasuk kinerja sahamnya di Wall Street, ternyata mulai goyah, sehingga mereka harus menurunkan estimasi untuk performa selama kuartal II hingga akhir tahun.
Secara kinerja keuangan, sebenarnya vendor asal Kanada ini masih amat solid. Tapi gara-gara memangkas proyeksi itulah yang membuat pasar mulai hilang kepercayaan kepada RIM. Itu terlihat dari sahamnya yang ambruk hingga 14% menuju ke level terendah dalam enam bulan dan ditutup di level US$48,65. Nilai saham RIM telah terkikis sekitar 30% dari posisi medio Februari.
Sebenarnya, masalah yang tengah dihadapi RIM adalah persaingan, di tengah fakta bahwa keseluruhan pasar untuk smartphone sedang booming di seluruh dunia. Lembaga riset IDC memrediksi bahwa pasar smartphone global akan tumbuh mendekati 50% tahun ini. Dan yang mengagetkan, IDC juga memrediksi pangsa pasar RIM akan tergerus dan posisinya bakal merosot ke tempat ketiga pada 2015.
Sejumlah analis memiliki penilaian lebih sadis bahwa platform BlackBerry, yang menjadi pionir dalam teknologi messenger, kini sudah uzur. “Saat ini konsumen melihat BlackBerry hebat karena keberadaan platform messenger itu, namun ponsel ini miskin soal entertainment dan multimedia,” ujar analis IDC Ramon Llamas.
Menurut Llamas, itu sangat kontras dengan apa yang dimiliki rival BlackBerry, seperti sistem operasi iOS dari Apple Inc. yang menggerakkan iPhone dan iPad.
Belum lagi geliat yang ditunjukkan oleh OS karya Google Inc. yang belakangan makin kesohor, yaitu Android. Berkat sistem operasi ini pula yang melambungkan kinerja sejumlah vendor, semacam Samsung dan Motorola Mobility Holdings Inc. baik di negara maju maupun di pasar berpertumbuhan cepat seperti China dan Amerika Latin.
“Konsumen sekarang akan berpikir untuk membelanjakan uang mereka, yang kini banyak dihamburkan di gerai Apple dan juga untuk memburu ponsel cerdas berbasis Android,” tulis Kris Thompson dari National Bank, salah satu dari lima broker yang men-downgrade saham RIM akhir pekan ini.
Namun, sebagai salah satu pemimpin pasar di segmen smartphone, tentunya RIM memiliki berbagai jurus untuk mengamankan posisi mereka. Jadi, di tengah sikap pasar yang skeptis terhadap prospek RIM, vendor yang berbasis di Waterloo, Ontario, Kanada, ini siap mengeluarkan sihir barunya, yang berjuluk BlackBerry 7, yang merupakan update dari platform versi lawas. Kapan khalayak bisa menyaksikan daya magis dari BlackBerry 7 ini? Jawabannya pekan depan, yaitu saat digelarnya worldwide developer conference.
“Anda akan menyaksikan beberapa hal yang amat penting di sana, saya yakin itu,” kata salah satu Chief Executive RIM Jim Balsillie, seperti dilansir Reuters, Kamis (28/4).
Lempar handuk?
Hingga tahun lalu, saham RIM menjadi saham yang kontroversial di Wall Street, karena banyak analis yang terpecah dalam memberikan analisis terhadap prospek pemulihan perusahaan yang menjadi pionir di pasar ponsel cerdas.
Tapi setelah adanya pernyataan para petinggi RIM terkait dengan penurunan proyeksi, lima broker langsung mencabut rekomendasi beli untuk saham RIM, dengan dua di antaranya bahkan menyarankan investor untuk melepas saham ini. Duapertiga analis di Wall Street kini merekomendasikan jual atau netral untuk saham RIM.
“Kami telah salah langkah,” ujar Peter Misek dari Jefferies & Co., yang men-downgrade saham RIM dari beli menjadi underperform.
Misek yakin platform BlackBerry 7 belum akan terpasang pada produk baru RIM hingga akhir kuartal III tahun ini, dan sejumlah operator juga bakal enggan untuk mendukung platform ini karena RIM juga berencana meluncurkan handset baru lainnya tahun depan, yang akan menggendong sistem operasi anyar bernama QNX, yang saat ini dipakai di tablet BlackBerry PlayBook.
Ini bisa dipahami, karena tak mungkin para pengembang dan operator seluler buang-buang duit untuk mendukung BlackBerry OS 70 yang umurnya tidak akan lama, karena akan digantikan dengan QNX.
Selain karena penurunan estimasi prospek pada kuartal II itu, runtuhnya kepercayaan para analis terhadap RIM juga karena mereka tak yakin vendor ini mampu membenahi kelesuan bisnis di sejumlah pasar utama, seperti Amerika Utara, dengan mengandalkan penjualan bagus di pasar negara berkembang. Terlebih, banyak analis ragu RIM dapat memenuhi target laba hingga akhir tahun ini jika kondisinya begitu.
Sebenarnya para analis belum mau menyerah untuk bertaruh pada saham RIM, karena mereka masih yakin produsen BlackBerry ini mampu mengatasi masalahnya dan mempertahankan namanya yang kondang di seantero dunia. Cuma ada syaratnya, yaitu RIM harus mampu membuktikan adanya eksekusi terhadap transisi platform miliknya. Tanpa adanya langkah strategis menuju era platform baru, sepertinya pasar akan merasa terombang-ambing dalam memilih platform yang sesuai dengan kebutuhan mereka.
Senjata andalan
Intinya, meski performa RIM agak ngos-ngosan belakangan ini, tapi masih ada yang percaya pionir smartphone dengan keypad qwerty ini akan segera bangkit. Mereka yang yakin dengan kemampuan RIM, akan berharap munculnya handset-handset anyar dan update baru terhadap platform-nya demi menjaga pangsa pasarnya di segmen smartphone agar tak terus tergerus.
Pekan depan diharapkan akan menjadi momentum RIM bangkit. Senin pekan depan (2/5), RIM akan menggelar BlackBerry World developer conference di Orlando, Florida, yang dibarengi dengan pertemuan para analis. Para eksekutif diharapkan akan memamerkan beberapa produk gres di event tersebut untuk meyakinkan investor dan developer terhadap platform BlackBerry 7.
“Kami masih merasa yakin dengan kehadiran produk baru yang berbasis OS 7.0,” kata Tim Long dari BMO Capital Markets, yang tetap mempertahankan peringkat outperform terhadap saham RIM.
Yang jelas, masa depan RIM terletak pada kemampuannya untuk membangun sebuah platform yang menawarkan beberapa keunggulan seperti milik iOS dan Android, seraya tetap mempertahankan beberapa keunggulan dan kekuatan yang membuat BlackBerry begitu populer di sejumlah pasar dunia.
Llamas dari IDC mengatakan RIM masih memiliki banyak senjata andalan di pasar enterprise, di mana BlackBerry tetap merupakan ‘standar emas’ dalam hal messaging dan security. Ia menambahkan RIM hanya perlu berinovasi pada beberapa fiturnya dan membuat sistem operasinya lebih ramah bagi penggunanya untuk beberapa tugas seperti video dan Web browsing.
Namun, ia mengingatkan bahwa RIM jangan melakukan langkah salah dengan meninggalkan segala yang mereka miliki dan berubah menjadi Apple, khususnya karena operator wireless pasti akan terus mencari platform yang menawarkan selling point yang unik.
“Jika Anda bicara dengan operator, mereka pasti akan mengatakan bahwa mereka sudah mengetahui kehebatan Apple dan demikian juga dengan Android yang sungguh luar biasa,” tandas Llamas. “Mereka tidak membutuhkan hal lain yang memiliki kemampuan sama. Untuk itu, ini kesempatan bagi RIM untuk sedikit berinovasi pada platform-nya sendiri.
Keyakinan yang sama diungkapkan Steven Li dari Raymond James, yang mengaku masih memiliki pandangan positif terhadap RIM karena potensi yang dimiliki platform QNX, yang ia yakini akan berjalan lebih cepat plus kemampuan multitasking yang mengagumkan. Dengan begitu, bukan tak mungkin QNX akan menjadi batu sandungan bagi iOS dan Android.
Tantangan yang dihadapi RIM hanyalah mengelola langkah mulus menuju platform QNX, sementara Apple dan Android justru terus berasyik masyuk untuk merambah pasar lebih dalam lagi. Apple diperkirakan melakukan update terhadap platform iOS miliknya pada medio tahun ini dan meluncurkan iPhone 5 pada akhir tahun. Demikian juga dengan para vendor pengguna Android yang akan meluncurkan sejumlah handset baru ke pasar.
Kini konsumen hanya bisa menunggu apakah platform QNX memiliki daya magis yang kuat seperti yang dilakukan iOS dan Android, sehingga dapat mengibarkan kembali nama RIM.