Jakarta–Peta koalisi parpol pasca Pemilu legislatif 2009 mengerucut dalam dua kelompok besar. Hal itu memperterang peta pemilihan presiden (Pilpres) Juli mendatang. Kelompok Partai Demokrat-Golkar diprediksi melanjutkan duet SBY-JK. Sementara di kelompok PDIP-Gerindra muncul wacana menduetkan Prabowo Subianto-Puan Maharani.
Selain Demokrat dan Golkar, anggota koalisi kelompok ini diperkirakan adalah PKB, PAN, PKS, dan PPP meski di PPP. Sedangkan kelompok PDIP-Gerindra juga diperkuat Hanura dan parpol-parpol kecil yang terus digalang Prabowo.
Ketua Umum DPP PDIP Megawati dalam pertemuan dengan Ketua Dewan Pembina Partai Gerindra, Prabowo Subianto, di Jakarta Sabtu (11/4) lalu, memang ngotot sebagai capres, sesuai hasil Rakernas PDIP di Bali. Namun, Prabowo menawarkan ’’paket masa depan’’, yakni dirinya capres, duet dengan Puan Maharani sebagai cawapres.
’’Sebenarnya, usulan itu sudah mengemuka jauh sebelum pelaksanaan Pemilu Legislatif. Saat ini wacana tersebut sedang dimatangkan kedua parpol,” ujar Ketua Umum Partai Gerindra, Suhardi, kepada Surabaya Post di Jakarta, Senin (13/4) pagi tadi.
’’Kami yakin, duet Prabowo-Puan Maharani akan mampu menjadi pasangan alternatif yang kuat dalam Pemilu Pilpres mendatang,” tambahnya.
Salah satu topik yang dibahas dalam pematangan wacana itu adalah komposisi koalisi antara Partai Gerindra dan PDIP. Menurut Suhardi, meskipun duet Prabowo-Puan Maharani belum menjadi keputusan resmi partai, kedua belah pihak telah menyatakan keinginannya untuk membahas hal tersebut secara lebih intensif.
’’Peluang untuk menduetkan Prabowo-Puan Maharani sudah menjadi salah satu opsi yang mengemuka dalam koalisi antara Partai Gerindra dengan PDIP. Sekarang bagaimana agar opsi tersebut benar-benar terwujud,” katanya.
Suhardi membenarkan, PDIP telah menerima usulan itu. Bahkan sudah dibahas dalam pertemuan antara Prabowo dengan Megawati dalam pertemuan di kediaman Megawati Jl.Teuku Umar, Sabtu lalu. Hanya saja dalam pertemuan itu, usulan itu belum dibahas secara mendalam.
’’Pembahasan utama pertemuan antara Prabowo dengan Megawati pada Sabtu itu terfokus pada pelaksanaan Pemilu Legislatif. Pembahasan koalisi kedua partai dan wacana duet Prabowo-Puan Maharani, akan dibahas dalam pertemuan lanjutan,” katanya.
Suhardi menolak menjelaskan secara rinci kapan pertemuan lanjutan itu akan dilakukan. ’’Saat ini sedang dicari waktu yang tepat untuk membahas hal itu,” tambahnya.
Selain dengan PDIP, kata Suhardi, Gerindra akan membangun koalisi dengan sejumlah parpol lainnya seperti Partai Hanura dan PPP. Senin siang tadi, Prabowo bertemu Ketua Umum Hanura Wiranto di kantor DPP Hanura Jl Senopati, Jakarta.
’’Sama halnya saat pertemuan dengan Megawati, pertemuan Prabowo dengan Wiranto siang ini juga akan membahas pelaksanaan Pemilu Legislatif serta koalisi antara kedua parpol. Beberapa hal tentang upaya membangun Indonesia menjadi lebih baik juga menjadi pokok pembahasan pertemuan Prabowo dengan Wiranto,” katanya.
Secara terpisah, anggota dewan Pembina Partai Gerindra, Permadi SH, menyatakan optimistis terwujudnya duet Prabowo-Puan Maharani. Ia meyakini duet tersebut akan memiliki kekuatan yang dahsyat dalam Pemilu Pilpres mendatang.
Permadi yang mantan kader PDIP itu menyatakan akan berjuang semaksimal mungkin untuk meyakinkan kader-kader PDIP agar mendukung duet Prabowo-Puan Maharani. “Saat ini berbagai upaya untuk mengusung duet tersebut masih terus dilakukan kedua belah pihak. Kita tunggu saja hasilnya nanti,” katanya.
Manuver Prabowo memang makin gencar. Capres Gerindra ini tiada hari tanpa menemui pemimpin parpol dalam tiga hari terakhir. Setelah bertemu Megawati di kediaman Jl Teuku Umar, Jaksel, Sabtu (11/4) lalu, Prabowo tadi malam (12/4) mengumpulkan 21 parpol kecil. Senin (13/4) siang tadi, Prabowo bertemu Wiranto.
Pertemuan Prabowo-Wiranto menjadi sejarah baru bagi keduanya, baik secara personal maupun politik. Keduanya berselisih sejak saat BJ Habibie naik sebagai presiden menggantikan Soeharto yang juga mertua Prabowo saat itu.
Pengamat politik LIPI, Syamsuddin Haris, mengatakan, Megawati secara tidak langsung mendamaikan Prabowo-Wiranto. ’’Bagaimana pun Prabowo musti kulonuwun dulu kepada seniornya (Wiranto). Dalam konteks hubungan politik, pertemuan sesama mantan elite militer itu adalah positif,’’ ujarnya.
Pertemuan Prabowo denga 21 parpol berlangsung di Ruang Board Room Bimasena, Jl Dharmawangsa, Jakarta, kemarin. Pertemuan ini menyepakati memperkarakan pelanggaran Pemilu legislatif. Kata Prabowo, kesepakatan itu bisa berujung koalisi. Sebab, suara parpol yang bergabung dianggap telah mewakili sekitar 22% suara nasional. ’’Setelah kita hitung, forum kita sudah mewakili 22% dari suara nasional untuk hari ini,” kata Prabowo.
Opsi SBY-JK
Sementara itu, opsi melanjutkan duet SBY-JK telah diakui Ketua DPP Partai Golkar, Priyo Budi Santoso, yang tadi malam (12/4) mengikuti rapat evaluasi pemilu bersama pimpinan Golkar di kediaman Jusuf Kalla, Jl Ki Mangunsarkoro, Menteng, Jakpus.
Menurut Priyo, untuk memuluskan opsi meneruskan koalisi SBY-JK, Ketua Partai Golkar Jusuf Kalla berencana menemui SBY dalam satu-dua hari ini. ’’Tapi untuk keputusan pasti baru akan diambil usai rapat kosultasi 16 April nanti,’’ tegasnya.
Staf ahli Wapres JK, Muchlis Hasyim, mengatakan, malam ini JK dijadwalkan menemui SBY di Istana Presiden. ’’Nanti malam ketemu dengan Pak SBY. Memang masih tentatif, tapi belum berubah,’’ ujarnya pagi tadi.
Bila pertemuan di Istana, apakah berarti itu urusan negara atau politik? ’’Sekarang kan antara kerjaan dan urusan politik itu beda-beda tipislah,’’ kilah Muchlis.
Siang kemarin, JK ditelepon SBY, setelah beberapa hari lalu mengucapkan selamat via telepon kepada SBY atas sukses Demokrat dalam Pemilu legislatif. Selain menelepon JK, SBY juga menelepon Ketua Umum DPP PKB Muhaimin Iskandar. Materinya soal koalisi.
Ketua DPP Partai Demokrat Andi Mallarangeng mengatakan, melanjutkan duet SBY-JK masih menjadi salah satu Demokrat. Namun, ada beberapa poin penting yang harus dibahas lebih lanjut dalam rencana koalisi Demokrat-Golkar. ‘’Salah satunya komitmen untuk mendukung pemerintahan SBY sampai akhir pemerintahan,’’ ujar Andi kepada kepada Suarabaya Post siang tadi.
Apa yang dilakukan? ‘’Kami akan mempertemukan keduanya. Itu langkah jangka pendek. Setelah keduanya bertemu, baru kita bahas soal komposisi koalisi,’’ kata Andi.
Priyo Budi Santoso mengatakan, dalam pertemuan pimpinan GOlkar di kediaman JK tadi malam, selain opsi SBY-JK memang ada opsi kedua, yakni membangun komunikasi dengan PDIP atau dua partai baru, Gerindra dan Hanura. Namun, dia lebih mendorong agar duet SBY-JK diteruskan. Alasannya, Golkar merasa nyaman dengan platform SBY. ’’Meneruskan koalisi SBY-JK karena adalah opsi terbaik,’’ ujarnya kepada Surabaya Post, pagi tadi.
Rencana meneruskan kembali SBY-JK, kata Priyo, dianggap lebih realistis mengingat Golkar gagal mengulang keberhasilan pada Pemilu 2004. Hasil pemilu legislatif pula yang jadi pertimbangan utama partai untuk menurunkan bandrol JK sebagai capres.
Rapat pimpinan Golkar di kediaman JK tadi malam dipimpin langsung JK. Pimpinan Golkar yang hadir Wakil Ketua Umum DPP Partai Golkar HR Agung Laksono, Sekjen DPP Partai Golkar Sumarsono, anggota Dewan Penasihat Partai Golkar Fahmi Idris, dan para Ketua DPP Partai Golkar seperti Andi Mattalatta, Priyo Budi Santoso, Yamin Tawary, Firman Subagyo, Burhanuddin Napitupulu, Endang Agustini Syarwan Hamid, Muladi, serta Tajuddin Noer Said.
Saman dengan Priyo, Ketua Bapilu Burhanuddin Napitupulu, mengatakan, ‘’Intinya berbagai opsi yang bisa kita lakukan pascapemilu legislatif ini, saya menilai koalisi Demokrat dan Golkar adalah yang terbaik. Ini sama dengan melanjutkan koalisi yang sudah dibangun selama 4,5 tahun terakhir.’’
Menurutnya, dengan konstelasi politik seperti sekarang, sulit bagi Golkar untuk tetap mengajukan JK sebagai capres. Hasil pemilu legislatif untuk sementara menunjukkan Golkar tidak memenuhi syarat 20 persen kursi di parlemen dan 25 persen suara nasional. ‘’Golkar jadi sulit untuk mengajukan capres sendiri,’’ katanya.
Karena itu, dia berharap agar keinginan Golkar untuk berkoalisi akan diterima dengan baik oleh Demokrat. ’’Bahwa sebelum ini ada gesekan kecil antara kedua partai, itu sekadar dinamika politik,” katanya.
JK Terbaik
Pengamat politik Maswadi Rauf juga menilai JK masih yang terbaik untuk mendampingi SBY pada Pilpres 2009. ’’Kecil kemungkinan SBY memilih berpasangan dengan figur baru yang belum jelas apa akan berhasil atau tidak dalam memerintah nanti,’’ katanya.
Bagi Rauf, pemerintahan SBY-JK paling berhasil dalam masa reformasi. Meski JK sempat menyatakan akan maju sebagai capres, dia menilai SBY akan tetap menyambut baik jika Golkar ingin kembali berkoalisi dengan Demokrat. Sebab, bagaimana pun Demokrat membutuhkan tambahan suara untuk menciptakan pemerintahan yang kuat. Alternatif paling mungkin untuk itu, katanya, adalah menggandeng Golkar.
Dalam dua terakhir, figur yang layak mendampingi SBY terus bermunculan. Selain JK, muncul juga nama Akbar Tanjung, Aburizal Bakrie, Sri Mulyani dan Hidayat Nur Wahid (HNW). Namun, upaya menduetkan SBY-HNW bisa jadi terganjal. PKS memasang bandrol tinggi.
Informasi yang berkembang menyebutkan, PKS meminta sejumlah posisi strategis di pemerintahan jika SBY menggandeng HNW. Posisi yang diminta PKS antara lain, Menko Perekonomian, Menkeu serta beberapa pos kementrian lain.
Bargaining PKS ini ditolak kubu SBY. ’’Harga PKS terlalu mahal. Mereka mengincar pos-pos penting. Kita tidak sepakat dan kita tolak saja,” ujar seorang fungsionaris PD yang biasanya suka bicara ceplas-ceplos. Namun kali ini, dia meminta agar namanya tidak disebutkan dengan pertimbangan mengganggu proses komunikasi politik dengan PKS.
Hingga saat ini, Mabes PKS di Mampang belum bersikap seputar arah koalisinya. Sikap ini terjadi akibatnya ada faksi di tubuh PKS antara faksi keadilan dan kesejahteraan. Faksi di internal PKS ini diwakili oleh Presiden PKS Tifatul Sembiring dan Sekjen DPP PKS Anis Matta. Pengaruh kedua faksi ini sama-sama kuat karena diback-up oleh masing-masing pendukung, mulai dari tingkat daerah sampai pusat.
Tidak hanya PKS yang terbelah, suara PPP juga terpecah menjadi dua kubu. Satu kubu merapat ke SBY, sedangkan kubu yang satunya lagi memilih ke Megawati. Kubu yang merapat ke SBY ini dimotori Sekjen PPP, Irgan Mahfid Chairul dan yang ke Mega dipimpin oleh Ketua Umum PPP, Surya Dharma Ali.
Kedua kubu ini sama-sama kuat karena memiliki jaringan pendukung yang juga sangat solid. Namun, keputusan akhir arah koalisi tetap berada di tangan Ketua Umum yang memiliki otoritas penuh dalam menentukan arah koalisi.
Ketua DPP PD, Anas Urbaningrum mengatakan pihaknya terus menjalin komunikasi dengan sejumlah parpol. “Kami akan menggalang koalisi yang kuat dan menjamin mayoritas. Partai-partai peserta koalisi sekarang: Partai Golkar, PKS, PAN, PKB, PPP, PKPI, PPDI dll. Mereka akan kami ajak untuk memperkuat koalisi. Kami ingin menjadikan koalisi yang kuat sebagai jembatan emas menuju pemerintahan presidensial yang main efektif bekerja melayani rakyat,” katanya. wid, mer, k2, viv
|