Peluang Usaha Pengawalan setelah Gajah Oling Bubarkan Diri

Yao siapa yang mau mengantikan ni…. peluang usaha lo…..mungkin pembaca ada yang tahu hitungan bisnisnya siapa tahu ada yang bisa share disini … heheheehehe…
=========
Hindari Kontroversi Premanisme Pengawalan, Gajah Oling Bubarkan Diri
SURABAYA – Selesai sudah sepuluh tahun perjalanan Gajah Oling dalam menjalankan bisnis jasa pengawalan kendaraan pengangkut. Kemarin (22/11) anak usaha Koperasi Pembekalan Angkutan (Bekang) Kodam V Brawijaya itu resmi membubarkan diri. Alasan utamanya adalah menghindari kontroversi berkepanjangan tentang jasa pengawalan angkutan yang akhir-akhir ini dinilai dekat dengan premanisme.

Keputusan membubarkan diri itu diungkapkan langsung Ketua Gajah Oling Mayor (pur) Kacuk Sukiran. Mantan kepala gudang perminyakan dan peralatan kesatrian Pembekalan Angkutan (Bekang) Kodam V Brawijaya tersebut menyatakan bahwa keputusan bubar itu merupakan hasil koordinasi dengan sejumlah pejabat Kodam V Brawijaya. “Kami tak ingin kontroversi ini berlanjut. Maka, secara resmi kami membubarkan diri,” katanya ketika dikonfirmasi Jawa Pos kemarin.

Apakah keputusan itu terkait dengan rencana polisi untuk menyelidiki bisnis jasa pengawalan angkutan yang biasanya menggunakan stiker sebagai penanda itu? Kacuk langsung membantah. ”Kami hanya ingin tidak ada kontroversi lagi. Soal penyelidikan, itu bukan wewenang kami untuk menjawab. Yang jelas, selama berbisnis, kami tak pernah memaksa atau merugikan siapa pun untuk menjadi anggota kami,” tegas pria yang telah menjadi ketua sejak awal berdirinya Gajah Oling itu.

Kacuk mengatakan, pihaknya sudah memberitahukan pembubaran Gajah Oling tersebut kepada hampir seluruh perusahaan yang menjadi kliennya. “Pagi ini (kemarin pagi, Red) sebagian besar klien sudah kami beri tahu dan kami minta untuk mencopoti sendiri stiker Gajah Oling di kendaraan-kendaraan mereka,” jelasnya. Pencabutan stiker itu dilakukan agar kendaraan perusahaan yang selama ini menjadi klien Gajah Oling tak lagi dicegat polisi di jalan.

Sebenarnya, Kacuk telah mengimbau pencopotan stiker Gajah Oling sejak Jumat (21/11). Ketika itu, tanda-tanda pembubaran Gajah Oling mulai tampak. Dengan pencopotan stiker, otomatis kontrak jasa pengamanan antara Gajah Oling dan kliennya putus.

Kacuk mengaku sedih atas keputusan membubarkan usaha jasa pengawalan yang telah memiliki jaringan nasional itu. “Bagaimana lagi. Situasinya telah berkembang ke arah yang tak menguntungkan kami. Satu-satunya pilihan ya hanya ini (pembubaran diri, Red),” katanya.

Sementara itu, Polwiltabes Surabaya telah melakukan langkah-langkah awal penyelidikan terhadap Gajah Oling. Menurut Kapolwiltabes Surabaya Kombespol Bambang Suparno, pemeriksaan terhadap Mayor (pur) Kacuk Sukiran dilakukan kemarin. “Ini masih tahap awal. Yang bersangkutan hanya kami mintai keterangan soal bisnisnya secara umum,” ujar orang nomor satu di jajaran kepolisian Surabaya tersebut.

Bambang mengatakan, pihaknya telah berkoordinasi dengan sejumlah pejabat di Kodam V Brawijaya terkait masalah tersebut. “Supaya jelas permasalahan yang ada. Kami pasti bersikap profesional dan proporsional, ” tegas mantan Dirlantas Polda Sumatera Utara itu.

Kacuk menyatakan akan bersikap kooperatif atas penyelidikan yang dilakukan Polwiltabes Surabaya. “Berdasar petunjuk atasan, saya memang akan berkoordinasi dengan Polwiltabes Surabaya. Selain memberitahukan soal pembubaran Gajah Oling, juga mengklarifikasi mengenai cara kerja kami,” tuturnya.

Seperti diberitakan, polisi telah mengembangkan sasaran operasi premanisme ke arah yang lebih luas. Tak hanya kejahatan jalanan, jasa pengawalan angkutan bermodus penempelan stiker juga menjadi bidikan razia.

Jasa pengawalan angkutan seperti Gajah Oling itu memang tumbuh subur seiring banyaknya pungli terhadap truk-truk lintas kota. Jaminan yang ditawarkan adalah bebas pungli untuk setiap kendaraan yang menjadi kliennya. Caranya sederhana. Pengusaha atau pemilik armada angkutan cukup membayar sejumlah tarif tertentu per bulan, kemudian mendapatkan stiker nama organisasi tersebut.

Maka, bila ada hambatan atau pungli di jalan, sopir cukup melapor ke bosnya. Selanjutnya, si bos menghubungi jasa pengawalan tersebut untuk memberitahukan bahwa anak buahnya masih terkena pungli. Nanti anggota organisasi pengawalan itulah yang bertugas menyelesaikan. Salah satu organisasi jasa pengawalan yang cukup besar dan punya nama ya Gajah Oling.

Kamis lalu (20/11) satu tim gabungan yang dipimpin langsung Wakabareskrim Mabes Polri Irjen Pol Paulus Purwoko melakukan razia di Jalan Gresik. Hasilnya, polisi memberhentikan dua truk dan menyobek stiker jasa pengawalan di kaca depan kendaraan itu. Satu stiker berlabel SKRD (Setia Kawan Rukun Damai), sementara yang lain adalah Gajah Oling. Tak tanggung-tanggung, yang menyobek stiker tersebut Kapolwiltabes Surabaya Kombespol Bambang Suparno.

Ketika itu, Wakabareskrim meminta Polda Jatim dan Polwiltabes Surabaya untuk menindaklanjuti temuan tersebut dan melakukan penyelidikan. Paulus mengatakan bahwa semua pungutan tak resmi di jalan yang mengandung unsur kekhawatiran dan keterpaksaan dari pengguna jasa bisa dijerat pidana.

Polisi Bentuk Tim Pemantau

PEMBUBARAN Gajah Oling (yang mungkin diikuti jasa pengawalan lainnya, Red) justru disambut skeptis oleh para sopir truk. Menurut Herdiono, seorang sopir truk antarkota yang mangkal di Aloha, polisi harus memastikan bahwa pungli di jalan benar-benar diberantas.

”Jangan-jangan setelah bubar, preman-preman kembali merajalela di jalan. Polisi yang cari kesalahan semakin banyak. Akibatnya, uang yang kami keluarkan justru lebih banyak. Malah merugikan,” ujar pria yang telah menjadi sopir selama tujuh tahun itu.

Menurut dia, para sopir sebenarnya tidak keberatan dengan operasi preman agar jalanan benar-benar bebas pungli. ”Tapi, siapa yang bisa menjamin tidak ada lagi pungli? Apakah polisi mau patroli malam-malam dan justru tak cari-cari kesalahan. Siapa yang bisa menjamin?” katanya dengan nada tanya.

Di bagian lain, Kapolwiltabes Surabaya Kombespol Bambang Suparno menjamin akan terus berkomitmen untuk membersihkan pungli di jalanan. ”Para sopir bisa langsung melapor ke kami melalui telepon atau SMS ke sejumlah nomor yang telah kami sosialisasikan, ” jelas perwira dengan tiga mawar di pundak itu.

Bambang juga mengaku telah membentuk tim yang khusus patroli dan memantau jalur luar kota, yakni jalur Surabaya-Gresik dan Surabaya-Sidoarjo. ”Yang rawan pungli memang jalur luar kota. Dalam kota relatif bersih karena pantauannya lebih gampang serta truk dan kendaraan berat tak bisa masuk dalam kota,” ujarnya.

Bambang mengatakan, tim tersebut akan terus berkeliling dan memantau tempat-tempat yang selama ini rawan pungli. ”Kalau menemukan adanya praktik pungli, tim itu akan langsung menindaknya, ” imbuhnya.

Untuk itu, Bambang mengatakan akan memberikan tanda khusus terhadap keberadaan tim tersebut agar para sopir bisa langsung lapor bila terjadi sesuatu. Konsepnya semacam kantor polisi berjalan. ”Dengan adanya sosialisasi nomor telepon dan tim ini, kami harap para sopir tak perlu resah lagi dengan pungli bila masuk wilayah Surabaya, Sidoarjo, dan Gresik,” tegasnya. (ano/fat)


8 Tanggapan

  1. Ya udah deh bubarrrr…Versi Densus 88 Oling bakal keluar, kaleeee !1

  2. gajaholing buka jasa tracking pake gps juga gan.

    cek website kita

    • Kalau sopir Sejahtera dg hilangnya jasa pengawalan kendaraan besar itu malah baik syukur2 sopir diberi jamsostek itu tambah bagus lg. premanisme apapun bentuknya dan siapapun pelakunya hrs dilibas habis agar semua biaya siluman itu tdk hanya membebani,sopir,pengusaha angkutan dan masyarakat pembeli karena mereka yg jadi korban,karena harga jadi mahal. jadi kami dan masyarakat senang apapun bentuk premanisme itu hilang dr bumi NKRI.

  3. menyataken SANGAT KECEWA DAN SEDIH atas pembubaran gajah oling…!!!

  4. Ada yg ngikutin sekarang situasinya spt apa? Maksud saya, apa iya pungli dan pulisi (iseng) udah pada ilang di jalan?

  5. ini bukti ketidak percayaan seseorang kepada institusi polri….go a head pomdam ….

  6. berarti dengan lenyapnya gajah oling makin banyak aja pungli di jalan.

  7. itu hanya,… modus masalah bisnis jalanan,…. polisi juga pengen juga buka kawalan…..masak dapetnya cuman recehan hasil nilang aja….. ! sedangkan pungli jalanan,…kan segennya cuman kawalan yg dipegang aparat dari TNI

Tinggalkan komentar